Baru-baru ini, Menteri Luar Negeri AS, Marco Rubio, mengumumkan kepada perwakilan diplomatik bahwa Amerika Serikat akan menggunakan kondisi kesehatan seperti kardiovaskular, obesitas, diabetes, dan kanker sebagai alasan potensial untuk menolak visa. Ini merupakan bagian dari pergeseran kebijakan yang lebih ketat mengenai pengajuan visa “Anda harus mempertimbangkan kesehatan pemohon. Sejumlah kondisi medis termasuk penyakit kardiovaskular, penyakit pernapasan, kanker, diabetes, penyakit metabolik, penyakit neurologis, dan kondisi kesehatan mental bisa membutuhkan biaya perawatan ratusan ribu dolar AS,”
.
Mengutip dari kawat Departemen Luar Negeri tertanggal 6 November 2025, The Washington Post menyatakan bahwa Rubio telah menginstruksikan konsulat dan kedutaan besar AS untuk melaksanakan pemeriksaan yang lebih ketat terhadap pemohon visa. Arahan ini didasarkan pada peraturan “tanggungan publik”, yang memungkinkan penolakan bagi mereka yang diperkirakan akan menjadi beban bagi pemerintah AS [[QUOTE_1]].
Selain mempertimbangkan penyakit, arahan tersebut juga menekankan pentingnya memperhitungkan obesitas karena dapat berakibat pada gangguan kesehatan lainnya seperti sleep apnea, tekanan darah tinggi, dan depresi klinis. Faktor lain, seperti usia di atas masa pensiun dan jumlah tanggungan, juga dipertimbangkan. Tommy Pigott, wakil juru bicara Deplu AS, menyatakan bahwa kebijakan ini sejalan dengan upaya pemerintahan Trump untuk menjaga agar sistem imigrasi tidak membebani para pembayar pajak, sebagaimana tercantum dalam kebijakan America First “Anda harus mempertimbangkan kesehatan pemohon. Sejumlah kondisi medis termasuk penyakit kardiovaskular, penyakit pernapasan, kanker, diabetes, penyakit metabolik, penyakit neurologis, dan kondisi kesehatan mental bisa membutuhkan biaya perawatan ratusan ribu dolar AS,”
.








