Bank Indonesia (BI) melaporkan bahwa surplus neraca perdagangan Indonesia pada Mei 2025 mencapai US$ 4,30 miliar, meningkat signifikan dibandingkan April 2025 yang hanya sebesar US$ 0,16 miliar. Mei 2025 menandai 61 bulan berturut-turut Indonesia mencatatkan surplus perdagangan sejak Mei 2020.
Di bulan yang sama, nilai ekspor tercatat sebesar US$ 24,61 miliar, meningkat 9,68% dari tahun sebelumnya, sedangkan impor berada pada angka US$ 20,31 miliar, naik 4,14% YoY.
Surplus ini terutama didorong oleh sektor non-migas dengan surplus sebesar US$ 5,83 miliar. Ekspor lemak & minyak nabati, bahan bakar mineral, serta besi & baja menjadi kontributor utama. Sektor migas mencatat defisit sekitar US$ 1,53 miliar.
“Bank Indonesia memandang surplus neraca perdagangan ini positif untuk menopang ketahanan eksternal perekonomian Indonesia lebih lanjut. Ke depan, Bank Indonesia terus memperkuat sinergi kebijakan dengan Pemerintah dan otoritas lain guna meningkatkan ketahanan eksternal dan mendukung pertumbuhan ekonomi nasional yang berkelanjutan,”
demikian disampaikan oleh Ramdan Denny Prakoso, Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi Bank Indonesia (BI) di Jakarta, Rabu (2/7/2025).
Ramdan menjelaskan bahwa kinerja ekspor nonmigas yang baik didukung oleh produk berbasis sumber daya alam serta manufaktur seperti besi dan baja.
Ekspor nonmigas ke negara tujuan seperti Tiongkok, Amerika Serikat, dan India tetap menjadi kontributor utama. Sementara itu, defisit sektor migas meningkat menjadi US$ 1,53 miliar pada Mei 2025 seiring peningkatan impor di tengah penurunan ekspor migas.
—







