Otoritas Jasa Keuangan (OJK) telah memperkenalkan Database Agen Asuransi Indonesia dan Database Polis Asuransi Indonesia sebagai bagian dari upaya transformasi digital untuk memperkuat industri asuransi nasional melalui tata kelola yang lebih transparan dan berfokus pada konsumen.
Mahendra Siregar, Ketua Dewan Komisioner OJK, menegaskan bahwa peluncuran ini bertujuan untuk meningkatkan kepercayaan publik dengan menyediakan informasi yang bisa diverifikasi secara mandiri.
“Ini adalah langkah yang memang harus dilakukan dan malah harus diakselerasi. Komitmen kami di OJK, mulai dari pelaksanaan berbagai sistem informasi, aplikasi, pelaporan, perizinan, dan kemudian gilirannya nanti pengawasan, dan di belakangnya adalah pengaturan yang terintegrasi,”
ucapnya di Jakarta, Senin.
Database Agen Asuransi Indonesia berfungsi sebagai satu sumber data utama yang menyediakan informasi mengenai legalitas dan identitas agen asuransi yang terdaftar secara resmi.
Sistem ini digabungkan dengan perizinan digital melalui Sistem Perizinan dan Registrasi Terintegrasi (SPRINT) OJK dan dilengkapi dengan QR Code sebagai identitas digital agen yang resmi.
Informasi ini dapat diakses oleh publik, perusahaan asuransi, asosiasi, dan OJK untuk melindungi konsumen.
Sementara itu, Database Polis Asuransi Indonesia menyediakan data per polis secara rinci dari semua lini usaha asuransi, dikumpulkan bulanan melalui sistem Aplikasi Pelaporan Online OJK (APOLO).
Tujuan utama dari inisiatif ini adalah untuk memperkuat pengawasan berbasis risiko, mendukung pengembangan program penjaminan polis, dan meningkatkan kualitas tata kelola data dan transparansi industri.
Database ini mencakup informasi penting seperti pemegang polis, jenis manfaat yang diterima, dan pengelolaan risiko.
“Apa yang dilakukan ini bukan hanya transformasi di industri, dan dalam hal ini asuransi secara spesifik, tapi juga di dalam OJK internalnya,”
kata Mahendra Siregar.
Ogi Prastomiyono, Kepala Eksekutif Pengawas Perasuransian, Penjaminan, dan Dana Pensiun (PPDP) OJK, menyatakan bahwa keberhasilan kedua database ini sepenuhnya bergantung pada partisipasi aktif semua pelaku industri.
Kolaborasi lintas sektor diharapkan dapat menjadikan inisiatif ini sebagai dasar bagi masa depan industri asuransi di Indonesia yang lebih inklusif dan berkelanjutan.
“Peluncuran hari ini adalah langkah awal. Efektivitas kedua sistem ini hanya akan optimal jika seluruh pemangku kepentingan menjalankannya secara konsisten dan kolaboratif,”
imbuh Ogi Prastomiyono.
—







